Saterdag 15 Februarie 2014

Kisah Sedih Siti

Sebuah kamar kecil nan sempit berhiaskan burung-burung bangau dari kertas putih, nampak pula  satu  ranjang tidur lengkap dengan satu bantal dan satu guling. di samping ranjang itu terlihat seorang wanita yang tengah bersiap untuk pergi, hemm nampaknya dia akan pergi jauh karena terlihat satu koper usang besar di sampingnya, tak lama terdengar suara memanggil nama wanita itu. "siti...!!" wanita itu tak bergeming air matanya mulai mengalir di pipinya, wajahnya nampak suram tergurat di wajahnya berjuta keraguan dan kegelisahan. tak lama nampak seorang separuh baya menggunakan baju kebaya, membuka pintu kamar siti dan menghampiri siti," ayo siti kita sudah hampir terlambat.." katanya sembari menarik tangan siti, badan siti berdiri gontai seperti tak ada daya, fiirannya menerawang jauh, membayangkan kehidupan apa yang akan ia hadapi selanjutnya, ia tak tahu akan dibawa kemana dia oleh orang tuanya. 6 jam perjalanan, akhirnya ia sampai di sebuah madrasah yang letaknya berbatasan dengan hutan yang sangat lebat, sekelebat perasaan tak enak melintas di hati siti, sepertinya aku akan di asingkan dan di buang sama seperti kakak-kakak Q dulu. siti berat melangkahkan kakinya keluar dari mobil. dari dalam mobil ia melihat beberapa ustad yang menyambut kedatangan mereka. ibu siti langsung mendatangi siti yang masih berada di mobil." siti ayo keluar kita sudah sampai... nak..", siti membisu dan mulai melangkahkan kakinya, " tempat apa ini bu?" siti mulai membuka mulutnya yang sedari tadi pagi terkunci," inilah sekolahmu yang baru siti dan mulai sekarang u tinggal disini.." jawab ibu sambil berjalan mengantarkan aku bertemu ustad-ustad yang tadi siti lihat." nah pak ustad ini siti anak saya.., siti perkenalkan ini pak ustad husein kepala sekolah sekaligus pemimpin pondok disini.." kata ibu menjelaskan. siti terdiam pandangan matanya mulai kosong dan ia mulai tak mendengar apa yang sedang dikatakan orang tuanya dengan pak ustad husein. Siti adalah anak bungsu dari keluarganya, dia memiliki dua orang kakak perempuan dan seorang kakak laki-laki, dua orang kakak perempuannya telah dikirim ke sebuah pondok yang lebih jauh dibandingkan dengannya dan kakak laki-lakinya kabur entah kemana, sudah hampir dua tahun dia meninggalkan rumah. Siti sangat dekat dengan kakak laki-lakinya yang bernama adam, dan kini ia tak tahu dimana kakaknya berada, ia hanya bisa diam dalam kesedihan yang menyelimuti hatinya selama hampir dua tahun terakhir ini. kini hatinya semakin berkecamuk karena keinginannya bertentangan dengan keinginan orang tuanya, sedang ia tak punya pilihan dan tak ada daya untuk menolak, semua fikirannya kini sedang bermain-main di atas angan-angan yang saling berebut memenangkan tempat di hati siti." siti.., siti... SITI...!!!" suara ibu membuat siti terkejut," i.. i.. iya bu.." jawab siti gugup. " ayo ikut pak ustad mau menunjukan kamar yang akan kamu tempati nanti.."kata ibu sambil menarik tangan siti.siti menurut, matanya mulai melalang buana memandang setiap sudut bangunan yang nampak usang dan sederet wanita berjilbab panjang yang semua matanya menyorot pada satu titik tujuan yaitu siti. siti sampai merinding di buatnya," nah siti ini dia kamar yang akan kamu tempati nanti.." kata pak ustad husein. siti masuk ke dalamnya, terlihat ada kasur busa tertumpuk setinggi hampir menutupi jendela kamar, dan 5 lemari kayu yang nampak sudah tak layak pakai berderet di samping pintu kamar, juga nampak tiga orang wanita sedang melipat pakaian, " reni..,sari...,ifah.. ini murid baru yang akan tinggal sekamar dengan kalian namanya siti," kata pak ustad husein." mereka bertiga tersenyum ramah pada siti ." ya sudah siti ibu sama bapak pulang dulu yahh, kamu yang betah disini kalo uang yang ibu beri sudah habis, nanti ibu kirim lagi, yang penting kamu bilang sama pak ustad, biar beliau yang menghubungi ibu." siti terhenyak mendengar kata-kata ibunya, batinnya berkata,'inikah kata perpisahan.. entah mengapa hatiku berkata ini adalah pertemuan terakhirku dengan kedua rang tuaku, ibu... ayah... ku mohon jangan pergi siti takut tanpa ibu dan ayah.....' siti tak dapat berkata apa-apa lidahnya kelu seakan tak dapat berkata, yang dapat ia lakukan adalah mengangguk dan air matanya mulai menetes. Andai ia punya sedikit saja keberanian untuk mengungkap apa isi hatinya mungkin ia akan lebih lega melepas orang tuanya, kini ia hanya dapat menatap kepergian orang tuanya yang melangkah pergi meninggalkannya. Inilah awal mula kisah sedih siti....( bersambung..)